Jakarta, SorotNegeri.com – Kejadian seringnya terjadi kasus kebocoran data menimbulkan rasa penasaran di kalangan publik. Bagaimana sebenarnya proses bisnis jual beli data dan seberapa menguntungkannya “bisnis” tersebut?
Menurut seorang praktisi keamanan data Indonesia yang menetap di Belanda, bisnis semacam ini memang cukup menarik. Di kalangan praktisi, fenomena ini sering disebut sebagai “new oil” karena memiliki banyak konsumen.
“Karena konsumennya banyak,” kata Aip, seorang praktisi keamanan data, kepada Jawa Pos (grup Padang Ekspres) pada tanggal 29 November lalu.
Aip menjelaskan bahwa ada tiga kategori utama pelaku bisnis jual beli data. Pertama, kategori private actor atau perorangan, yang umumnya melakukan aksi tersebut untuk kepentingan pribadi klien, seringkali dengan motif balas dendam.
“Motifnya biasanya untuk balas dendam,” tuturnya. Kategori kedua, lanjut Aip, adalah business actor, yang umumnya terdiri dari pihak yang terafiliasi dengan perusahaan dan menggunakan data hasil hacking untuk kepentingan bisnis, seperti mengetahui data perusahaan kompetitor atau memperlambat usaha saingan.
Baca Juga : Lirik Lagu Bagimu Negeri: Memahami Lagu Nasional Indonesia
“Inilah seperti bisnis intelijen,” ungkap Aip. Kategori ketiga adalah state actor atau pemerintah, di mana operasi pembobolan oleh aktor pemerintah lebih kompleks karena melibatkan berbagai kepentingan yang melatarbelakangi tindakan tersebut.
Salah satu contohnya adalah perang dagang. Menurutnya, dalam kasus seperti Ukraina melawan Rusia, meskipun terlihat hanya ada dua state actor utama, namun sebenarnya banyak state actor yang terlibat.
Ketika berbicara mengenai kasus kebocoran data di Indonesia, Aip menyoroti adanya jejak digital yang dapat dianalisis. Sebagai contoh, dalam kasus Bjorka yang mencuat beberapa waktu lalu, Aip menyatakan bahwa motifnya lebih condong ke aspek dagang.
“Namun, saya melihat bahwa motif terkini lebih bersifat politis, terutama ketika secara tiba-tiba muncul pembicaraan tentang genosida dan kondisi politik di Indonesia,” jelasnya.
Dalam konteks kasus terbaru yang mencakup kebocoran data yang diduga berisi informasi Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang dimiliki oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), Aip menyatakan bahwa data yang dijual di BreachForums dapat dipercaya. Setelah menganalisis sampel data yang dapat diunduh secara gratis di deep web, Aip menyimpulkan bahwa nama-nama yang tercantum sangat mirip dengan data DPT Warga Negara Indonesia di Abu Dhabi. “Situasinya sangat serius,” ujarnya.
Baca Juga : Kampanye Sadar Wisata 5.0 Tingkatkan Ketangguhan Desa Wisata Sebagai Penggerak Ekonomi Masyarakat
Dapatkan informasi terupdate berita polpuler harian dari sorotnegeri.com Untuk kerjasama lainya bisa kontak email atau sosial media kami lainnya.