Jakarta – Mengemudi di ibukota Indonesia kini diakui sebagai kompromi waktu yang berekstensi; sebuah capaian yang tidak diinginkan tapi nyata. Jakarta kembali tercatat dalam laporan Global Traffic Scorecard 2023 oleh INRIX, sebuah perusahaan pelopor praktik pengelolaan lalu lintas asal Inggris, sebagai sebuah Kota ke-10 termacet di jagad raya.
Bayangan jam-jam tercuri itu tampak nyata dalam rata-rata tingkat keterlambatan perjalanan tahunan yang mencapai angka mencengangkan, 65 jam. Penelusuran ini mengungkap relasi yang langsung antara kota dengan waktu yang terampas akibat gemuruh roda-roda yang terhenti.
Laporan yang ekstensif tersebut mengumbar rincian kota-kota dengan ritme terhambat secara global, meletakkan Jakarta di antara kesemrawutan metropolis yang tersohor. ”
Scorecard ini menggunakan pola perjalanan terkini pasca-COVID untuk benar-benar menganalisis dan membandingkan perbedaan perjalanan pulang pergi di lebih dari 900 kota di seluruh dunia,” demikian pernyataan tegas dari laporan tersebut yang dikutip pada hari Kamis, 27 Juni 2024.
Posisi Jakarta, berada tepat di bawah rangkaian kota-kota seperti Los Angeles dan Boston–kedua di Amerika Serikat–serta Cape Town di Afrika Selatan.
Baca Juga : Sudut Pandang Jokowi: ‘No Water, No Life’, di World Water Forum ke-10
Jerat kemacetan tidak hanya memperlambat pergerakan manusia, tapi juga masuk ke dalam orkestra lebar lainnya: ekonomi. Dengan bakteri defisiensi waktu ini, Jakarta trampil dalam melemparkan dampak ke arah yang merugikan, suatu urgensi yang meluas dari pengiriman barang terhambat sampai pada sapuan negatifnya terhadap lingkungan.
Beban ini, yang diramalkan bertumbuh 33 persen dibanding 2022, merujuk pada pembahasannya sebagai “perbedaan antara mengemudi selama jam komuter versus mengemudi di malam hari dengan lalu lintas yang sedikit,” suatu indikator frustrasi si pemboros waktu, dikatakan oleh umaian INRIX.
Tidak heran bila kemacetan jalanan Jakarta kini menjadi simbol praktis dari kota yang pernah bernama Batavia ini. Seiring waktu berjalan, laporan INRIX dengan Global Traffic Scorecard-nya menjadi kritikus zaman bagi Jakarta.
Analis transportasi Inrix, Bob Pishue, senantiasa menggarisbawahi fakta kenaikan ekonomi yang seirama dengan tingginya volume lalu lintas pasca pandemi Covid-19, dan semua ini adalah bagian dari “hilangnya waktu senilai miliaran dolar bagi para pengemudi juga masyarakat.”
Jakarta berkutat dan tertatih dalam menyusuri jalanan-jalanan lelahnya, ditemani oleh negosiasi waktu yang semakin terseok.
Laporan ini mengingatkan lagi agar strategi mengurangi kemacetan kota terus menerus direvisi dan dipertajam demi waktu yang lebih berharga, demi perjalanan yang lebih lancar, demi sebuah Jakarta yang bisa bernapas lebih bebas dari belenggu kepadatan yang merujuk pada saat yang lebih efisif dan lestari.
Baca Juga : Resmi Beroperasi Tol Indrapura – Kisaran, Segini Tarifnya